PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP BAGI PECINTA ALAM

            Kondisi lingkungan yang semakin parah memaksa para pemerhati lingkungan untuk segera berbuat sesuatu guna menyelamatkan  lingkungan.

Banyak jalan yang ditempuh untuk misi penyelamatan lingkungan yang salah satunya melalui media pendidikan. Permasalahan lingkungan yang dihubungkan dengan dunia pendidikan telah menjadi rumusan konferensi Stockholm, Swedia tahun 1972, yang diteruskan dengan lokakarya internasional tentang pendidikan lingkungan hidup di Beograd, Jugoslavia tahun 1975. Konferensi UNESCO tahun 1977 di Tfflis merupakan langkah awal dalam sejarah pendidikan dan pengajaran      tentang        ekologi dengan tema “Pendidikan Lingkungan Hidup”. Sementara di tingkat nasional sudah dimulai gerakan kegiatan pendidikan lingkungan sejak tahun 1977 dalam lokakarya pendidikan lingkungan hidup.

Apakah pendidikan lingkungan hidup itu?

            Banyak orang mempunyai persepsi yang berbeda tentang pendidikan lingkungan hidup. Ada yang mengatakan bahwa hal itu adalah pendidikan tentang ilmu alam atau ilmu-ilmu biologi, kimia,fisika dsb. Ada juga yang  mengatakan bahwa plh itu penelitian tentang lingkungan atau alam. Dan masih banyak pendapat yang berbeda-beda.

          Pendidikan merupakan kegiatan untuk nvestasi jang panjang. Untuk melihat tingkat keberhasilannya tidak bisa dilihat dalam jangka waktu yang pendek. Walaupun demikian untuk waktu yang pendek tetap ada tolok ukur indikator keberhasilan. Berkaita dengan panjangnya wakti investasi sebuah pendidikan. beberapa orang menganggap bahwa persoalan lingkungan tidak bisa dijawab dengan pendidikan sebab hal tersebut merupakan kebutuhan mendesak. Pendapat tersebut ada benarnya akan tetapi persoalan lingkungan juga tidak dapat diselesaikan dengan cara instan.

Beberapa kasus lingkungan setelah dianalisa penyebabnya        adalah manusia.

Kasus kebakaran dan penebangan hutan, perburuan dan kepunahan satwa liar, banjir, pencemaran dan masih banyak lagi kasus lingkungan yang sebenamya bukan lingkungan yang berkasus tapi manusia. Akibat nafsu yang memang diciptakan sebagai sebuah sisi manusia,menyebabkan manusia ingin menguasai segala-galanya demi satu hal. Pendidikan merupakan (barangkali) jawaban yang tepat untuk mengatasi persoalan  bagaimana mengubah perilaku manusia yang sudah semakin ganas membabat habis sumber daya alam. Untuk perilaku tersebut bukanlah persoalan yang mudah mengingat hasil yang akan dipetik juga memerlukan waktu yang sangat panjang. Butuh kesadaran dan kesabaran yang tinggi serta komponen yang lain untuk kerja sama yang sinergi.

Siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut?

          Sekali lagi persoalan lhngkungan bukan masalah sederhana, artinya tidak bisa dijawab dengan satu komponen jawaban. Bahwa masalah mi adalah tanggung jawab kita semua atau siapapun kita. Tidak terpisah pada pecan yang dimainkan oleh tiap manusia. Apakah dia tukang becak, birokrat, akademisi, penyanyi, pemerhati  lingkungan atau juga pencinta alam Juga tidak memandang apakah anak anak , remaja, orang dewasa atau orang tua. Karena siapapun kita, apapun agama kita, suku, status dsb, semua membutuhkan udara segar, air bersih, lingkungan sehat, suasana damai dan tenang. Tinggal bagaimana tanggungjawabi tu dapat kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun sederhana tapi yang terpenting ada penerapan yang nyata.

Bagaiamana penerapan pendidikan Lingkungan Hidup ?

       Pendidikan seharusnya mencakup 3 aspek yaitu psikomotorik (ketrampilan), afektif (kejiwaan), kognitif (kemampuan berfikir. Pendidikan yang kita terima belum menyentuh keseluruhan aspek tersebut apalgi aspek kejiwaan sehingga SDM di Indonesia yang muncul selama ini adalah teknokrat yang pintar tapi tidak punya nilai-nilai humanis. Pendidikan lingkungan hidup mampu menyentuh ketiga aspek tersebut, terutama dari sisi afektif. Misalnya bagaimana kita bisa memperhitungkan makh!uk yang lain yaitu tumbuhan, hewan atau benda mati sekalipun dalam setiap aktifitas kita sehari-hari.

          Pendidikan menjadi sebuah usaha menumbuhkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Untukitu pendidikan haruslah menjadi manusia itu semakin tercerahkan bukan sebuah usaha penjinaan. Dalam pendidikan lingkungan hidup yanglebih ditekankan pada aspek penyampaian pesan-pesan lingkungan. Ada sebuah nilai-nilai moral yang ingin kita tanamkan pada peserta didik. Dan proses ini kita berharap ada perubahan prilaku dalam hidup bukan sekedar pengetahuan.          Pendidikan lingkungan hidup bukan berarti hanya sebuah pengetahuan saja seperti yang selama ini dituangkan dalam ilmu biologi, kimia atau yang Iainnya tetapi lebih pada aspek pendidikan moral Bagaimana moral kita terhadap alam, makhluk lain dan sang pencipta. Ada 5 elemen dalam proses pendidikan lingkungan yaitu:

1.       Penyadaran

2        Ilmu pengetahuan dan pemahaman

3.       Ketrampilan

4.       Sikap dan Nilai

5.       Tindakan

            Dalam setiap proses yang kita bangun mengikuti aliran lingkaran proses (aksi-evaluasi-refleksi). Lingkaran ini selalu berulang sehingga kita akan selalu memperbaiki aktifitas kita menjadi lebih balk.

          Pendidikan lingkungan hidup diperuntukkan bagi setiap kelompok umur, tidak dibatasi balita, anak-anak, remaja, dewasa atau orang tua. Hal ni dikarenakan permasalahan lingkungan harus didukung semua kelompok umur yang mempunyai kontribusi sesuai dengan tingkatannya.

Pencinta alam dan pendidikan Iingkungan hidup

          Pencinta alam selama ini lebih cenderung pada kegiatan alam bebas namun banyak juga yang sudah mengarah pada kegiatan konservasi. Tidak hanya olah raga tapi juga kegiatan lain misalnya melakukan penelitian, pendataan, pengamatan atau usaha-usaha lain dengan berkegiatan bersama masyarakat.

          Ada sebuah pertanyaan apakah selama ini para pecinta alam sudah melakukan pendidikan lingkungan hidup ‘? Pertanyaan ini cukup bagus sebagai refleksi apakah kita sudah melakukan banyak usaha penyelamatan alam atau justru kerusakan. Hal ini perlu kita lakukan mengingat sebagai pencinta alam, kita sangat sering melihat kondisi di lapangan (gunung, hutan, masyarakat atau goa misalnya). Refleksi ini perlu mengingat banyak sindiran bagi pencinta alam sebagal penikmat alam. Ataukah kita puas dengan sindiran tersebut, semuanya kembali pada kita.