Pendahuluan
Perkembangan teknologi navigasi sekarang ini sangat pesat, banyak peralatan navigasi yang canggih dengan harga terjangkau,  namun ketersediaan alat tersebut tidak menjamin keselamatan kita dalam hal berkegiatan di alam bebas, bahkan dengan adanya alat tersebut semakin banyak kecelakaan yang terjadi dalam  berkegiatan di alam bebas.


Kenapa Terjadi?
Ketergantungan kepada alat navigasi yang canggih membuat banyak orang lupa dan meremehkan kemampuan dasar navigasi, kebanyakan kasus yang terjadi jika alat yang mereka gunakan rusak, habis baterai, macet, dan lain sebagainya.
Ilmu–ilmu dasar navigasi adalah hal yang wajib dimiliki oleh setiap petualang, ilmu ini lah yang secara turun temurun diwariskan dari Nenek Moyang kita, kemampuan membaca rasio  bintang oleh para Nelayan, membaca penampakan alam dan pohon-pohon yang ada oleh para Masyarakat, dan lain sebagainya. Mengapa kita tidak bisa?

Pengertian

Banyak pengertian mengenai navigasi, dimana pada dasarnya navigasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan arah, kedudukan tempat kita berada maupun orang lain serta menentukan lintasan atau jalur perjalanan agar sampai pada  tujuan yang diinginkan. Ada berbagai macam tipe navigasi, navigasi  darat, laut, dan udara, masing – masing mempunyai ciri khas tersendiri dalam segi penerapan ilmunya. Dalam buku ini hanya akan dibahas mengenai navigasi di daratan saja, termasuk navigasi di Sungai dan pantai, atau biasa dikenal dengan istilah Navigasi darat.
Kemammpuan dalam bernavigasi  sangat  ditentukan oleh pengalaman seseorang, semakan sering seseorang melakukan kegiatan navigasi maka  akan semakin mudah dan lancar baginya dalam bernavigasi.

Persiapan Alat Navigasi

Dalam melakukan kegiatan di alam, membawa alat navigasi adalah sesuatu yang wajib, banyak manfaat yang akan dirasakan apabila alat – alat tersebut kita bawa dalam berkegiatan di alam, berikut adalah alat – alat yang biasa digunakan untuk melakukan navigasi :
    Peta
       Kompas
       Alat tulis ( busur, penggaris, protaktor, pinsil, jangka ukur, buku lapang, dll )
       Alat penunjuk ketinggian tempat ( Altimeter )
       Alat penunjuk kedudukan tempat (GPS)

Peta


Peta adalah suatu presentasi di atas bidang datar baik seluruh atau sebagian  permukaan bumi, yang dilihat dari atas dan diperkecil dengan perbandingan tertentu. peta dilengkapi dengan keterangan-keterangan yang diperlukan, namun  ada bagian peta yang biasanya tidak digambar menurut perbandingan di lapangan seperti jalan, jembatan, rel kereta dan sebagainya.
Pada masa sekarang ini peta memegang peranan penting dalam segala macam bentuk aktifitas manusia, beribu – ribu peta telah diproduksi, baik untuk kepentingan militer, penelitian, ekspedisi, dan lain sebagainya.

Jenis jenis Peta

Ada beberapa jenis peta yang dibuat tergantung tujuan penggunaannya, diantaranya adalah :
Peta Topografi
Peta ini menyajikan gambaran secara detail keadaan suatu tempat sehingga dapat diperoleh gambaran secara jelas.  informasi yang didapat cukup lengkap, seperti jalan, batas wilayah, trianggulasi dan lain-lain termasuk kontur sebagai gambaran ketinggian tempat.  Skala yang diguna kan biasanya 1 : 50.000 dan 1 : 25.000, peta topogfafi biasanya menggambarkan perbedaan ketinggian pada  suatu daerah dengan interfal tertentu, dimana interval tersebut tergantung dari skala yang digunakan peta tersebut.
Peta Tematik
Peta tematik adalah peta yang menyajikan topik tertentu, misalnya peta tanah, peta lahan pertanian, peta kerapatan penduduk dan lain-lain
Peta Potret Udara
Peta hasil interpretasi potret udara dapat digunakan untuk pembuatan peta topografi, karena dapat menggambarkan kondisi secara tiga dimensi suatu tempat. Potret udara sendiri biasanya mempunyai skala sekitar 1 : 20.000.
Peta Citra landsat
Peta hasil penafsiran citra landsat, biasanya berskala sekitar 1 : 100.000. Selain jenis peta diatas banyak jenis peta lainnya diantaranya Peta Dunia, Peta negara, peta teknik, peta areal kerja, dan lain – lain.

Perawatan Peta

Sebagian besar kerusakan peta terjadi akibat pemakaian dan penyimpanan yang tidak baik, hal tersebut dapat menyebabkan peta sobek dan lapuk, ada beberapa cara menyimpan dan merawat peta yaitu :
n  Menyimpan dalam lemari khusus peta
n  Menggulung, kemudian dimasukan kedalam tempat khusus peta yang kedap air (tabung peta).
n  Memasukan kedalam kantong plastik,
n  Laminating
n  Menyemprot dengan bahan pelindung khusus.

Agar mempermudah pencarian peta, berikan lebel  dan nomor pada peta, sehingga dalam keadaan terdesak peta tersebut mudah ditemukan.
Banyak cara yang digunakan dalam membawa peta ke lapangan, tujuannya  adalah agar peta tersebut tidak rusak, salah satunya dengan cara menggulung peta dan memasukannya ke  tabung peta, bisa terbuat dari pipa atau tabung khusus peta, dan letakanlah peta tersebut disamping carier agar mudah dikeluarkan.

Informasi Pada Peta

Ialah informasi – informasi yang terdapat pada peta, adanya informasi ini bertujuan agar pembaca dapat lebih memahami peta yang dimaksu. Dalam hal ini yang dibahas adalah peta Rupa Bumi Indonesia (RBI), yang merupakan peta acuan dan standar di Indonesia dan diterbitkan oleh Badan koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal).
Badan Peta
 Merupakan informasi berupa gambar peta itu sendiri, untuk skala 1 : 50.000 sebesar 15’ x 15’ atau ± 56 cm x 56 cm. Terletak mendominasi sisi kiri atas tanpa tepi untuk memudahkan penggabungan dengan peta lain di sebelahnya.
Judul Peta
Adalah identitas daerah yang tergambar pada peta.  Umumnya mencantumkan Skala, nomor lembar peta, nama daerah atau identitas yang menonjol, Judul peta umumnya disisi kanan atas peta.
Skala
Ialah perbandingan antara jarak pada peta dan jarak sebenarnya di lapangan,  biasanya dinyatakan dalam skala angka atau batang.
Keterangan pembutan peta
Berisi informasi pembuatan seperti cara dan tahun pembuatan, nama instansi pembuat, pada umumnya ditempatkan disisi kanan. Tahun pembutan peta sangat diperlukan untuk menghitung sudut variasi magnetis, karena kutub magnetis selalu berubah setiap tahunnya.
Legenda
Ialah keterangan – keterangan pada peta yang menjelaskan arti simbol – simbol pada peta, seperti sungai, hutan, persawahan, dan lain – lain. terdapat juga perbedaan warna dalam suatu legenda, yang berfungsi membedakan antara legenda yang satu dengan yang lainnya.
Nomor Peta
Nomor pada peta berguna untuk kita dalam mencari peta yang dibutuhkan

Koordinat

Lembaran peta terbagi atas dua garis koordinat, yaitu garis horisontal dan vertikal membentuk kotak-kotak bujursangkar. Terdapat dua sistem yang biasanya ditampilkan di peta yaitu sistem koordinat Grid dan Universal.
Koordinat grid memakai sistem Koordinat UTM yang artinya kedudukan suatu titik dinyatakan dalam ukuran jarak dari setiap titik acuan, sedangkan koordinat universal atau yang  biasa disebut geografis, menggunakan sistem  lintang dan bujur dengan satuan derajat, menit dan detik, koordinat geografis inilah yang biasanya sering digunakan.
Pada peta rupa bumi Indonesia digunakan sistem keduanya. Untuk sistem grid yang mempunyai nilai 1.000 meter tiap karvak ditampilkan dengan garis warna hitam, garis ini ditempatkan diluar peta.  Sedangkan sistem koordinat universal langsung dibuat garis warna biru diatas peta, mempunyai nilai 30 detik untuk tiap karvaknya.  Jadi karvak grid dan universal tidak sama.
Ada beberapa penyebutan koordinat grid yang sering dipergunakan yaitu dengan sistem 4 angka, 6 angka dan 8 angka.  Sistem 4 angka biasanya dipakai untuk memperlihatkan posisi suatu tempat yang cukup luas kira-kira 1 km persegi, misalnya untuk menunjukan kampung, danau, sungai dan sebagainya, sedangkan sistem 6 angka dimaksudkan untuk memperlihatkan suatu tempat yang lebih sempit kira-kira 100 meter, seperti lokasi berkemah, titik pertemuan dan lain-lain dan sistem 8 angka untuk menentukan areal yang lebih kecil lagi sekitar 10 m.
Contoh :
Koordinat tempat kedudukan Jembatan tempat titik pertemuan adalah antara garis horisontal nomor 46 dengan 47 dan antara garis vertikal 35 dengan 36, pada sistem empat angka dibaca sebagai koordinat 4635, sedangkan dengan sistem 6 angka garis-garis ini kemudian dibagi menjadi 10 bagian dan diberi nomor  1 sampai 9 dari angka paling kecil jadi kedudukan Jembatan tempat titik pertemuan tersebut ( digambarkan dengan simbol seperti donat ) adalah =  465357.

Pengukuran Jarak Dengan Skala

Perbandingan ukuran atau jarak antara yang digambarkan di peta dengan jarak dilapangan dikenal dengan istilah skala.  Dalam peta dikenal dua macam skala yang sering dicantumkan secara berdampingan, yaitu skala angka dan skala gambar.
Dalam skala angka misalnya 1 : 100.000 artinya satu centimeter diatas peta sama dengan 100.000 cm atau sama dengan 1 Km di lapangan. Skala gambar dicantumkan dengan menggambarkan garis dengan jarak-jarak tertentu di peta. Tidak seperti skala angka sifat skala gambar tidak berubah meskipun peta tersebut dicopi diperkecil, hasilnya tetap bisa digunakan sesuai skala yang tercantum.
Dalam perpetaan ada istilah skala besar, skala sedang dan skala kecil, skala besar artinya dalam ukuran peta tertentu di-gambarkan suatu daerah yang sempit biasanya lebih terperinci dan jelas faktor skala kurang dari 10.000 misalnya dengan skala 1 : 10.000, skala 1 : 5.000, digunakan untuk keperluan Perencanaan, teknik engineering atau survey kadaster. Skala sedang mempunyai factor skala antara 10.000 s/d 1.000.000 misal skala 1 : 25.000, 1 : 50.000 diproduksi untuk peta topografi, peta survey geologi atau tanah atau survey udara. skala kecil digambarkan suatu daerah yang sangat luas dan kurang terinci biasanya hanya sebagai peta situasi, atlas misalnya dengan skala  1 : 2.500.000. dipergunakan untuk pemakaian masyarakat umum atau pendidikan seperti atlas.

Deklinasi

Diagram variasi magnetis, ditempatkan dipinggir bawah peta dan diberi keterangan pergeseran tiap tahun yang berlaku pada peta tersebut antara Utara magnetis (UM) dan utara peta (UG), kemana arah membuka dan menutup untuk wilayah Indonesia umumnya mempunyai pergeseran 2‘ setiap tahun.
 Utara sebenarnya ( US ) / True North ( TN )
Ialah arah yang menunjukan arah kutub utara, dan menggambarkan garis lintang bola dunia sesungguhnya,  dalam penggunaan praktis suatu perjalanan penjelajahan, tanda ini boleh diabaikan karena yang lebih sering digunakan adalah utara peta.
Utara Peta ( UG ) / Grid North ( GN )
Ialah arah utara yang digambarkan pada peta sebagai garis vertikal, merupakan proyeksi bumi pada bidang peta yang terbentuk pada pola koordinat grid. Setiap tahun terjadi pergeseran antara TN dengan GN, ini disebut variasi peta, dimana dalam diagram variasi digambarkan sebesar 0°05’.  Dalam perjalanan praktis variasi peta boleh diabaikan.

Utara Magnetis ( UM ) / Magnetic North ( MN )
Merupakan arah utara yang ditunjukan oleh jarum kompas, arah tersebut tidak tepat di kutub utara, melainkan di Jazirah Boothia di utara Kanada. Arah utara magnetis pada setiap tempat permukaan bumi tidaklah sama, setiap tahunnya kutub magnetis selalu bergeser yang disebabkan pengaruh rotasi bumi, untuk Indonesia arah utara magnetis bergeser ke arah timur. Akibat pergeseran utara magnetik ini menyebabkan variasi magnetis berubah setiap tahunnya, variasi ini disebut Deklinasi, sedangkan pergeseran antara arah utara peta dengan utara magnetis disebut variasi peta magnetis atau biasa disebut deklinasi magnetis.
Dalam membaca peta dan menentukan arah perjalanan terlebih dahulu perhatikan tahun pembuatan peta tersebut.  Hitung deklinasi magnetis dari tahun pembuatan sampai sekarang, lalu jumlahkan deklinasi mag-netis seluruhnya.
Contoh :
Berdasarkan keterangan pada gambar diatas, deklinasi rata-rata pada tahun 1980 adalah 1°25’, pergeseran deklinasi magnetis tiap tahun berkurang sebesar 3’, jadi sampai tahun 2002 pergeserannya adalah sebesar (2002 – 1980) x 3’ = 1°06’,  sehingga besar deklinasi magnetis dari tahun 1980 sampai dengan tahun 2002 seluruhnya adalah 1°25’ – 1°06’ = 0°19’.

 Mengukur Jarak lurus

Bila akan mengukur jarak lurus untuk mudahnya dapat menggunakan penggaris atau kertas kosong , ukurlah  seberapa jauh jarak di peta kemudian beri tanda, setelah itu tempelkan hasil pengukuran tadi pada skala gambar dengan catatan bagian yang lebih kecil ditempatkan pada garis skala yang terbagi kecil-kecil di sisi kiri, dengan demikian dapat dibaca nilai jarak yang dicari.
Contoh :
Mengukur antara puncak Gunung Lauwalu (titik A) me nuju titik trianggulasi TTG III – 11 (titik B) dengan menggunakan secarik kertas seperti pada gambar dikanan atas. Cara lain adalah menghitung dengan kalkulator, ukur jarak dengan penggaris lalu kalikan dengan faktor skala peta

Mengukur jarak tidak lurus

Untuk mengukur jarak yang tidak lurus seperti jalan raya, sungai, pantai dll akan menemukan kesulitan, untuk itu cara pengukurannya antara lain yaitu dengan menggunakan alat map odometer atau bila tidak ada dapat menggunakan kertas, benang atau benda lain yang dapat dibengkokan sesuai lintasan yang akan diukur dipeta.
Pengukuran panjang atau jarak untuk lintasan yang tidak lurus di peta, dapat dilakukan dgn cara menggunakan kertas. Ikuti segmen yang dianggap lurus sampai ada belokan kemudian kertas diberi tanda, lakukan untuk segmen berikutnya sampai ujung lintasan yang akan diukur, hasilnya tempelkan kertas pada skala gambar seperti pengukuran jarak lurus.
Caranya pengukuran lintasan tidak lurus lainnya adalah dengan memegang salah satu sisi benang, letakan pada titik yang satu  kemudian ikuti kelokannya sesuai dengan yang tergambar dipeta sampai pada titik akhir yang akan diukur, setelah didapat benang dapat diukur panjangnya kemudian lakukan seperti pada cara mengukur garis lurus.

Kontur

Relief muka bumi di dalam peta digambarkan dengan kontur.  Kontur adalah suatu garis imajiner dalam peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama di permukaan bumi yang diukur dari permukaan laut.
Bagi para penjelajah garis kontur pada peta sangat penting karena menentukan pada pertimbangan dalam menyusun perencanaan perjalanan, dengan memperhatikan kontur yang untuk lebih mudahnya digambarkan dalam bentuk proyeksi melintang dapat diketahui bagian bumi yang curam, landai atau datar.
Bila garis kontur terlihat berjauhan atau jarang berarti tempat tersebut landai atau datar, sebaliknya bila garis kontur rapat menandakan daerah yang curam. Jarak antara garis–garis kontur yang sama menunjukan kemiringan lereng yang sama, sedangkan bila jarak antar garis kontur dari tempat tinggi ke bawah berkurang (renggang berangsur rapat) menunjukan lereng cembung dan sebaliknya bila jarak antar garis kontur dari atas kebawah bertambah (rapat berangsur renggang) menunjukan lereng cekung. Perhatikan gambar penampang (Proyeksi) melintang kontur sebelah kiri atas.
Interval kontur adalah perbedaan dua garis ketinggian atau garis kontur yang biasanya ditempatkan dibawah skala garis,  bila tidak dinyatakan pada peta dapat dihitung dengan rumus 1 / 2000 dikalikan faktor skala.  Misal : peta skala 1 : 50.000  maka interval konturnya adalah 1 / 2000 x 50.000  = 25 meter.
Contoh peta dimana terdapat contoh beberapa bentuk relief bumi yang ditemui dilapangan, dapat dilihat pada gambar disebelah
Pada peta berwarna, perbedaan antara daerah tinggi dan rendah dicantumkan dengan pewarnaan yang ber-beda, biasanya untuk daerah rendah berwarna hijau, sedangkan daerah tinggi warna coklat.

Prinsip-prinsip garis kontur

  1. Garis kontur yang rendah mengelilingi garis kontur yang tinggi.
  2. Garis kontur tidak pernah berpotongan, tidak bercabang dan akan bertemu dimanapun tempatnya.
  3. Garis kontur pada daerah landai berjauhan sebaliknya pada daerah curam akan rapat.
  4. Garis kontur yang menjauh dari puncak atau menjorok keluar merupakan punggung bukit
  5. Garis kontur yang mendekat ke puncak merupakan lembah.
  6. Interval garis kontur adalah 1 / 2.000 kali faktor skala.
  7. Kondisi daerah yang khusus seperti kawah, tebing, puncak akan digambarkan khusus.
Titik ketinggian adalah point ketinggian suatu tempat yang diukur dari permukaan laut biasanya disebut titik trianggulasi.  Dilapangan biasanya berupa patok atau tonggak dari beton atau logam yang menyatakan tinggi sebenarnya.

Proyeksi melintang Peta

Proyeksi melintang peta dibuat dengan manfaat sebagai berikut :
        Sebagai pertimbangan dalam menyusun rencana perjalanan
        Memudahkan untuk menggambarkan kondisi kecuraman medan
        Mengetahui titik titik kertinggian dan jarak dari medan tertentu

KOMPAS

Ada dua sistem satuan pembagian lingkaran yang biasa pada kompas yaitu  Sistem derajat ( º ) dimana lingkaran penuh terbagi menjadi 360º dan Sistem centigrads dimana lingkaran terbagi menjadi 400 grads. Di Indonesia sistem derajat adalah yang umum dipakai dan dikenal luas.
Pada sistem derajat, tiap 1º terbagi menjadi 60’ (dibaca 60 menit) dan tiap 1’ terbagi lagi menjadi 60” ( dibaca 60 detik ). Arah utara (N) biasanya ditempatkan pada angka 0º,  Selatan (S) = 180º,  Barat (W) = 270º dan  Timur (E) = 90º dengan urutan searah jarum jam.
Untuk navigasi darat praktis satuan menit dan detik dapat diabaikan, Apabila kompas ketika digunakan menunjukan diantara dua penunjuk garis derajat dalam prakteknya dapat dibaca sebagai setengah derajat.

Ragam Kompas

Banyak jenis kompas yang digunakan untuk membaca peta dan navigasi,  walaupn  banyak perbedaan bentuk dan jenis serta ukuran tapi prinsip penggunaannya sama.  Jarum kompas yang mengarah ke utara mag-netis selalu ditandai dengan ciri yang mencolok atau dioles dengan pasfor agar selalu tampak meskipun di dalam gelap.  Bagian-bagian dari kompas yaitu jarum magnet, skala lingkar mendatar, penunjuk satuan derajat yang berada tepat ditengah lingkar mendatar mempunyai nilai 0º sampai dengan 360º.

Jenis-jenis kompas

Terdapat berbagai macam jenis kompas, diantarnya adalah kompas silva, kompas jempol, kompas bidik, kompas optic, kompas prisma, kompas cermin, dan kompas digital, dalam kegiatan navigasi darat jenis kompas yang paling sering digunakan adalah kompas silva dan bidik.

Kompas Silva

Kompas silva dibuat pertama kali di Swedia pada tahun 1930 oleh Kjellstrom bersaudara didisain untuk olahraga orienteering,  namun demikian sekarang dibuat banyak model dan digunakan untuk berbagai keperluan. Kompas silva dapat digunakan untuk ploting, menghitung arah dengan cepat dan tepat diatas peta tanpa menggunakan busur karena memang merupakan kombinasi dari keduanya

Cara penggunaan Kompas Silva

Menentukan Garis arah
Tempatkan sisi garis yang panjang kompas, berhimpit dengan arah garis yakinkan anak panah berada pada titik sasaran atau perjalanan yang dikehendaki.Putar rumah skala seterusnya meridien line sejajar dengan sumbu vertikal. Baca arah lintasan yang berada dalam rumah skala mendatar digaris penunjuk derajat.
Sepanjang perjalanan sudut magnetik sebaiknya sudah diset dengan memutar rumahan hingga arah yang dikehendaki tepat dengan garis penunjuk. Pegang alat kompas di telapak tangan, putar hingga tanda merah pada jarum kompas menunjuk arah utara magnet, pada rumahan kompas Arah yang dituju adalah yang ditunjuk sudut magnet.
Menentukan sudut magnet
Pegang kompas arahkan titik yang dikehendaki pada obyek. Putar rumahan kompas hingga jarum merah, meridien line berada di bawah jarum merah (Utara) jarum kompas berhenti.
Baca sudut magnetik pada rumahan persis di garis penunjuk ( Index Line ).

 

Kompas Bidik

Kompas bidik digunakan untuk membidik mengetahui azimuth suatu objek, yang termasuk kompas ini antara lain : Kompas prisma, kompas lensa, kompas cermin, kompas optis, kompas digital (ada juga yang tergabung dengan GPS). Kompas Lensa dilengkapi lensa pembesar yang memungkinkan dapat membaca angka pada piring plat secara tepat,  pada bak kompas terisi dengan cairan yang memudahkan untuk pergerakan piringan untuk dapat berputar berhenti dengan cepat.

 

Cara Penggunaan Kompas lensa dan Prisma Siang hari

Menentukan nilai arah, pegang kompas dengan dua tangan, ibu jari masuk kedalam ring kompas, pandang celah dekat lensa/prisma lurus dengan garis rambut yang ada pada tutup kompas searah dengan obyek yang dikehendaki, baca skala mendatar pada plat skala dari celah lensa pembesar, angka yang terdapat pada pivot point adalah nilai arah.

Menentukan arah dan sudut kompas, pegang kompas seperti cara diatas, pandangan mata ke lensa/prisma dan putar kompas sampai garis rambut me motong sudut yang dikehendaki pada plat skala.Menggunakan kompas tanpa prisma,  merupakan salah satu cara penggunaan meskipun ketelitiannya kurang.  Untuk menentukan arah caranya adalah dengan membuka kompas mendatar dan garis pada lidah kompas lurus dengan objek, baca putaran arah pada kompas yang ditunjukan oleh garis penunjuk lubber line seperti pada gambar samping  ini.

Kalibrasi Kompas

Mengingat setiap kompas mempunyai karakteristik tersendiri yang memungkinkan adanya kompas yang agak melenceng, untuk itu kompas perlu dikalibrasi diantaranya dengan cara :
n  Diperbaiki di pabrik.
n  Mencocokan semua kompas dengan ada 1 kompas patokan. Sehingga yang lainnya dapat menyesuaikan dengan menambah atau mengurang.
n  Dengan mengecek memakai dua trianggulasi yang terdapat dilapangan dan dipeta, tentukan sudut petanya lalu bidik             dengan kompas catat hasilnya, konversi arahnya dengan memperhitungkan variasi peta magnetik. Selisih sudut    keduanya merupakan nilai kalibrasi yang harus diperhitungkan.

Gangguan magnet lokal

Kompas dapat terpengaruh gangguan magnet lokal bila berdekatan dengan bahan logam, instrumen kompas yang kecil sangat peka terhadap bahan yang mempengaruhi arah magnet kompas. Berikut jarak aman dari pengaruh gangguan  magnet lokal dalam menggunakan kompas :
  • Kawat tegangan tinggi > 80 m
  • Alat berat ( Tractor, Dumpturck dll ) > 75 m
  • Mobil > 60 m
  • Pagar kawat / beton > 10 m
  • Kapak / sekop >  3 m
Untuk memastikan gangguan magnet, caranya adalah dengan menentukan dua titik yang berjarak ± 100 meter, misalnya titik A dan Titik B.  Ambil sudut kompas dari titik A ke titik B, catat angka yang didapat, kemudian bidik balik dari titik B ke titik A.  Bila selisih pembidikan pertama dan kedua tidak sama dengan 180° berarti ada gangguan magnet lokal.

Bila Tidak ada Kompas

Adakalanya dalam suatu perjalanan mendapat kesulitan menentukan arah mata angin karena tidak ada kompas atau kompas hilang atau rusak, untuk itu perlu mengetahui cara menentukannya. Menentukan arah tanpa kompas biasanya bersifat global, tidak terlalu akurat dan tanpa nilai sudut.
Dengan Perbintangan
n  Melihat terbit / tenggelamnya matahari / bulan
n  Melihat posisi bulan
Pada malam hari, bulan dapat digunakan sebagai pedoman caranya adalah dengan memperhatikan permukaan bulan. Pada saat bulan purnama, permukaan bulan yang memperlihatkan bayangan kehitaman dan berkumpul pada satu sisi, tempat berkumpulnya bayangan tersebut menunjukan arah utara.
Pada saat bulan tidak utuh maka perhatikan bagian  yang terang, perhatikan pula waktu bulan pertama kali muncul, apabila muncul pada     saat matahari belum tenggelam maka bagian yang terang menunjukan     arah barat, jika bulan muncul saat lewat tengah malam, maka bagian bulan yang terang menunjukan arah timur.
Menggunakan Bayangan matahari
Arah mata angin dapat ditentukan dengan menggunakan bayangan         matahari.  Caranya dengan menancapkan batang kayu lurus pada tanah yang relatif datar dan terbuka terbebas dari naungan. Tandai bayangan ujung batang (titik A) lalu tunggu sekitar setengah jam bayangan ujung  batang akan bergeser lalu tandai sekali lagi (titik B).  Tarik garis diantara kedua titik, garis tersebut menunjukan arah barat – timur, arah utara – selatan adalah garis tegak lurus arah barat – timur
Penggunaan  Rasi Bintang
Pada malam hari rasi bintang gubuk penceng atau layang -layang menunjukan arah selatan dan rasi bintang tujuh atau perahu menunjuk arah utara.
Membuat Kompas sendiri
Menggunakan jarum atau silet bermagnet yang diletakan diatas permukaan air. Untuk membuatnya terapung dapat digunakan pelamung seperti kertas atau gabus, berdasarkan arah yang ditunjukan jarum dapat diketahui arah utara –selatan, apabila jarum tidak bermagnet dapat dibuat dengan menggosokannya ke kain secara searah.
Tanda Medan
Penentuan arah juga dapat dilakukan dengan memperhatikan indikasi pada lumut yang menempel pada batang pohon, batang pohon yang berlumut tebal biasanya menunjukan arah timur. Selain lumut pangkal liana pada tumbuhan biasanya tumbuh mengarah ke timur.
Selain tanda – tanda alami dapat juga menggunakan tanda buatan, seperti bangunan Rumah ibadah Islam yang selalu menunjuk arah kiblat ( Untuk di   Indonesia menunjuk arah barat laut ) dan Kuburan Islam selalu menunjuk arah utara.
Menggunakan Jarum Jam
Dengan Jarum jam atau Arloji, di daerah sebelah utara dari kedudukan garis edar matahari, jarum pendek arahkan ke matahari dan garis pembagi sudut antara angka jam 12  dengan jarum pendek adalah arah selatan. Di daerah sebelah selatan dari kedudukan garis edar matahari, caranya sama dengan diatas tapi yang didapat adalah arah utara.

PERALATAN NAVIGASI LAINNYA

Altimeter

Altimeter adalah suatu alat untuk mengukur ketinggian tempat dari permukaan laut, dengan adanya altimeter kita dapat mengetahui posisi ketinggian kita berada, dalam reseksi altimeter dapat digunakan dengan cara mencari perpotongan antara  garis kontur dengan sudut yang dibentuk.
Global Positioning Sistem ( GPS )

Global Positioning System (GPS) adalah peralatan system radio navigasi global yang menerima data dari beberapa satelit dan stasiun bumi, mempunyai keakuratan yang tinggi dalam menentukan posisi dan memetakan suatu lokasi yang diminta. Mampu menunjukan posisi lintang, bujur, ketinggian suatu tempat, waktu yang tepat, posisi bulan atau matahari, kecepatan pergerakan, odometer, jarak serta azimuth antara satu tempat dengan tempat lainnya secara cepat, tepat dan mudah diseluruh permukaan bumi.
Saat ini GPS sudah menjadi peralatan standar dalam kegiatan penerbangan, pelayaran, penelitian, serta kegiatan lainnya yang menuntut ketepatan menentukan suatu lokasi.GPS mengambil dan memproses data dari satelit, keakuratan GPS tergantung dari kapasitas yang dimilikinya, hal tersebut berpengaruh terhadap kemampuannya dalam menangkap satelit, ada yang hanya bisa menangkap 6 satelit, 12 satelit, bahkan 24 satelit.
 Data yang didapatkan dalam pengaplikasian GPS dapat disimpan dalam memory berupa waypoint, track dan route. Ketika kita ke lapangan simpanlah tempat – tempat yang sekiranya penting, seperti basecamp, pos pendakian, kantor polhut, Jembatan, Simpang jalan, Cabang sungai, Muara Sungai, perkampungan, serta tempat lainnya yang dianggap penting.
Ada beberapa kelemahan GPS, Selain harganya relatif mahal, GPS hanya bekerja secara optimal pada saat cuaca baik dan tempat terbuka, hal tersebut mempengaruhi signal yang diterima dari satelit. jika GPS digunakan di ruangan atau pada hutan bertajuk lebat, tentu akan mengalami kesulitan dalam penangkapan signal, apabila kita kelapangan salah satu cara unutk menanganinya dengan memanjat pohon untuk mendapatkan sinyal yang lebih baik dan akurat.
Perkembangan teknologi sangat berpengaruh besar terhadap dunia kegiatan alam bebas, Saat ini terdapat pula GPS generasi terbaru yang lebih serbaguna dan multi fungsi, merupakan kombinasi beberapa peralatan diantaranya GPS standar, Kompas, altimeter,  thermometer, clinometer, pengukur kecepatan angina atau pendinginan udara, calculator dan peta digital.

Orientasi Peta

Orientasi peta adalah bagaimana menempatkan dan menggunakan peta secara baik dan benar, hal ini merupakan langkah awal sebelum melakukan kegiatan navigasi darat. Tahapan dalam melakukan orientasi peta agar memperoleh pandangan muka bumi yang sesuai dengan gambaran peta adalah :
Tempatkan Sumbu vertikal peta sejajar atau berimpit dengan arah utara di lapangan. Cocokan gambar dipeta dengan keadan lapangan, pada daerah yang dikenal tidak akan menemui kesukaran tapi bila daerah baru atau pada saat cuaca kurang menguntungkan untuk melakukan orientasi seperti berkabut, kompas dapat membantu mengenali atau paling tidak dapat merencakan perjalanan selanjutnya di daerah tersebut.
Sebelum menentukan arah perjalanan atau mencari posisi, terlebih dahulu menghitung deklinasi magnetis yang telah dibahas bagian terdahulu.  Tentukan arah tujuan pada peta dan hitung azimuthnya. Setelah disesuaikan dengan perhitungan deklinasi magnetis, yaitu dengan mengubah azimuth di peta dengan azimuth magnetis, maka azimuth di kompas menjadi patokan arah perjalanan.
Di Indonesia, utara magnetis bergeser kesebelah timur dari utara peta, Untuk perhitungan azimuth peta ke kompas, maka azimuth di peta dikurangi deklinasi sebaliknya untuk perhitungan azimuth kompas ke peta, maka azimuth kompas ditambah hasil perhitungan deklinasi.  Sebagai contoh bila azimuth di peta 35° dan deklinasi 2°, maka azimuth kompas adalah 35° – 2° = 33°  sebaliknya bila azimuth kompas 35° dan deklinasi 2° maka azimuth peta adalah 35° + 2° = 37°.
Back Azimuth
Back Azimuth atau Bidik balik digunakan untuk memeriksa apakah arah yang ditempuh salah atau benar,  selisih antara azimuth keberangkatan dengan azimuth bidik balik harus (+ / -) 180°, caranya adalah sebagai berikut :
Pertama cari sebuah tanda yang mencolok pada tem pat asal perjalanan. Setelah beberapa jauh, misal sewaktu berangkat azimut yang digunakan adalah 20° maka bila kita bidik balik ketempat semula azimut yang didapat harus 20° + 180° = 200°.  Bila azimuth keberangkatan 300° maka back azimutnya adalah 300° – 180° =  120°. Bila selisih azimuth tidak sama dengan 180° maka arah perjalanan tidak benar atau  menyimpang

Menentukan arah perjalanan

Untuk menentukan arah perjalanan yang lurus dengan mengabaikan rintangan medan seperti jurang, tebing, lembah dan sebagainya, dilakukan dengan cara sebagai berikut Setelah posisi di peta diketahui, plotkan rencana arah tujuan dipeta, Bidik kompas sesuai rencana tentunya setelah memperhitungkan deklinasi terlebih dahulu, catat atau ingat arah tersebut, awali perjalanan dengan mengikuti arah yang ditunjukan kompas sesuai rencana. Sebagai patokan di lapangan bidik tanda tanda khusus seperti pohon, batu dan lain-lain yang terkena bidikan, jalanlah menuju tanda tanda tersebut, untuk mengetahui lintasan sudah benar jangan lupa lakukan back azimut, lalu ulangi lagi sampai mencapai tempat yang dituju, Jarak serta kecuraman medan yang dilalui dapat terlihat dengan membuat proyeksi melintang peta.
Penentuan arah juga dapat dilakukan secara beranting, cara ini memerlukan lebih dari satu orang dengan dua buah kompas, masing-masing memegang satu kompas. Caranya adalah sebagai berikut :
sesuai arah yang direncanakan orang pertama membidik orang kedua yang berada didepannya, setelah pembidikan dilakukan secara tepat, orang pertama pindah kedepan orang kedua, sementara orang kedua membidikan kompas ke orang pertama yang sudah berada didepannya, begitu seterusnya sampai tempat tujuan. Memang cara ini agak lambat tapi efektif di daerah tanpa tanda-tanda patokan.

Reseksi

Reseksi adalah suatu cara yang digunakan untuk menentukan suatu tempat atau kedudukan dilapangan pada peta, caranya adalah sebagai berikut :
  • Cari dua buah tanda dimedan yang diketahui dengan jelas dan tercantum            dipeta, contoh : puncak gunung, pulau, tanjung dll.  Bidik arah dengan     kompas hasilnya kemudian diplotkan pada peta dengan nilai back azimuth dan diubah arahnya menjadi sudut peta, maka didapat garis ”a” lalu gambarkan di peta.
  • Lakukan hal yang sama, untuk didapat garis b
  • Perpotongan garis a dan garis b di peta merupakan tempat kedudukan di           peta
Apabila kebetulan hanya membawa peta saja tanpa kompas, ada cara reseksi sederhana namun kurang akurat caranya adalah sebagai berikut
  • Tentukan tiga objek dilapangan yang terdapat di peta, titik dilapangan lalu kita namakan titik A, B & C. sedangkan di peta dinamakan titik a, b & c
  • letakan sebuah plastik atau lembaran transparan diatas landasan yang datar dan rata, lalu tancap sebatang jarum ditengahnya. namakan titik tersebut titik P Usahakan plastic tidak bergeser dengan menancapkan paku lainnya ditiap ujung plastic
  • Bidik ke objek A dari arah paku ditengah lalu buat garis diatas plastic     searah objek tersebut sehingga membentuk garis PA, lakukan untuk objek lainnya sehingga didapat tiga buah garis yang berpusat di titik P, yaitu garis Pa, Pb clan Pc
  • Tempatkan hasil penggambaran garis pada plastic ke atas petadan geserkan sedemikian rupa sehingga garis Pa menyinggung titk a, garis Pb menyinggung titik b dan garis Pc menyimggung titik c
  • Dari penempatan plastik dipeta tersebut titik P yang merupakan tempat kedudukan di peta dapat ditentukan.

Interseksi

Adakalanya posisi kita dipeta telah diketahui tapi ada posisi dihadapan kita seperti pesawat jatuh, camp dll yang belum diketahui letaknya dipeta. Untuk mengetahuinya memakai teknik interseksi, caranya adalah sebagai berikut :
  • Ketahui terlebih dahulu dua titik di medan yang dapat diidentifikasi          dipeta. Dari kedua titik tersebut bidikan kompas ke arah tempat yang ingin diketahui posisi­nya dalam peta tersebut.
  • Setelah diketahui azimuth magnetis dari kedua titik tersebut, perhitungkan ke azimuth peta.
  • Berdasarkan azimuth itu tarik kedua garis dari kedua titik yang teridentifikasi di peta sehingga berpotongan pada satu titik, titik itulah tempat yang ingin diketahui posisinya dalam peta
Kadangkala dalam menentukan kedudukan di peta hanya satu titik identifikasi saja, ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk mengatasinya yaitu
  • Bila kita berjalan di jalan setapak atau sungai yang tercantum dipeta, maka perpotongan garis yang ditarik dari titik identifikasi dengan jalan setapak atau sungai tersebut adalah kedudukan kita
  • Dengan menggunakan altimeter, sama degnan cara diatas perpotongan garis yang ditarik dari titik identifikasikasi dengan garis kontur pada ketinggian sesuai angka pada altimeter adalah kedudukan kita Dengan perkiraan,
  • apabila sedang mendaki gunung, kemudia berhasil mengidentifikasi titik seperti puncak gunung, caranya adalah dengan menarik garis identiflkasi itu, lalu perkirakan berapa bagian yang telah terlewati, maka disitulah perkiraan tempat kedudukan kita

Kesulitan dalam Navigasi

Penggunaan peta dan kompas memang cukup ideal, tapi sering dalam prakteknya sangat sukar untuk menerapkan di lapangan terutama dengan sulit ditemuinya tanda-tanda dilapangan yang dapat dijadikan patokan, dibawah ini terdapat beberapa lokasi yang mungkin akan menyulitkan dalam melakukan navigasi

Navigasi di Hutan Rawa dan mangrove

Hutan rawa dan mangrove biasanya bertopografi datar kadang dipenuhi aliran sungai kecil yang dapat berubah akibat banjir, tidak ada tanda ekstrim seperti gunung atau lembah yang dapat dijadikan patokan. Langkah yang harus dilakukan adalah.
n  Tentukan titik awal keberangkatan dipeta, Tanda­tanda yang dapat dijadikan patokan adalah sungai, lokasi desa terdekat, garis pantai (jika dekat pantai).
n  Rencanakan lintasan yang akan dilalui clan plotkan dipeta.
n  Bidik awal perjalanan yang diambil, catat sudut kompasnya.
n  Ukur clan catat jarak tempuh, lakukan terus untuk setiap bagian perjalanan sampai menemukantanda yang dapat dijadikan patokan seperti sungai, jika belum dijumpai lakukan terus sambil mencari tempat beristirahat.
Cara mengukur jarak :
n  Penaksiran jarak ( jika sudah mahir ).
n   Menggunakan tali ukur
n  Alat pengukur langkah yang dipasang pada pinggang bagian depan, catat jumlah langkah untuk setiap arah sudut kompas, ambil patokan 10 langkah sama dengan berapa meter.
n  Plot hasil pengukuran
n  Pemeriksaan posisi akhir dengan orientasi medan, bila tersesat, minimal kita mempunyai catatn perjalanan untuk kembali ketempat semula.
n  Jika medan terdapat rintangan atau tidak memung­kinkan untuk dilalui lakukan teknik melambung
n  Lakukan teknik yang sama di daerah lainnya yang sulit mendapatkan tanda-tanda alam yang        bisa dijadikan patokan, seperti di hutan belantara, medan berkabut dan lain-lain.

Navigasi di Sungai


Dalam perjalanan menyusuri sungai, baik berjalan kaki atau dengan perahu, kita dituntut untuk menguasai navigasi di sungai seperti halnya navigasi dalam perjalanan di gunung atau hutan. Secara praktis il­mu navigasi di sungai telah lama dikenal oleh orang dayak di pedalaman kalimantan. Sebab sungai merupakan salah satu ­sarana angkutan penting bagi mereka. Dan dalam penen­tuan kedudukannya di sungai, mereka menggunakan tanda-tanda alam yang berupa riam, belokan sungai, penyempitan pelebaran sungai, muara dan lainnya
Navigasi sungai adalah teknik untuk menentukan kedudukan secara tepat dalam perjalanan penyusuran sungai. Perbedaan yang mendasar antara navigasi di sungai dengan navigasi darat lainnya terletak pada acuan dasar untuk menentukan kedudukan. Pada navigasi darat, yang diambil sebagai acuan dasar adalah bentuk permukaan fisik bumi yang digambarkan oleh garis kontur, sedang pada navigasi di sungai acuan dasarnya adalah bentuk pada tepi kiri dan kanan sungai, yaitu belokan-belokan sungai yang tergambar di peta. Menentukan kedudukan di peta dilakukan dengan cara bergerak menyusuri sungai sambil rnemperhatikan perubahan arah belokan sungai, dibantu dengan tanda-tanda alam tertentu yang terdapat disepanjang sungai. Ada dua cara yang dapat dipakai untuk menentukan kedudukan:
Misalnya dalam melakukan penyusuran sumgai dad titik A ke titik B, kemudian pada suatu tempat dijumpai sebuah muara anak sungai di sebelah kiri, untuk menentukan kedudukan pada saat ini adalah: Lakukan orientasi peta, kemudian amati sekitar medan dengan teliti, ukur sudut kompas (azimuth) dari lintasam sungai pada belokan di depan dan di belakang dengan menggunakan kompas, ingat tanda alam sebelumnya yang terdapat di belakang ( misalnya di belakang kita terdapat sebuah delta) dan lihat juga tanda alam di depan (misalnya betokan sungai ke arah kiri), kemu­dian gambar situasi sungai yang telah di dapat, kemudian cari padanannya pada peta (perlu diketahui bahwa delta yang terdapat pada sungai adalah delta yang cukup besar, tidak tertutup pada saat banjir, dan di tumbuhi pepohonan, jika tidak memenuhi persyaratan tersebut tidak akan digambarkan pada peta. apabila masih kurang jelas, maka perlu dilakukan penyusuran sampai pada tanda alam berikutnya yang dapat lebih memperjelas kedudukan kita.

Navigasi di Pantai

Navigasi di pantai jauh lebih mudah daripada di Hutan Rawa karena seperti cara reseksi dengan satu titik identifikasi misal di sungai atau jalan, satu patokan sudah diketahui yaitu garis pantai jadi hanya diperlukan satu patokan lain untuk melakukan reseksi. Tanda­tanda medan yang dapat dijadikan patokan adalah sudut arah garis pantai, tanjung, teluk, muara sungai, pulau, bukit sekitar pantai, kampung nelayan dan lain-lain.
Jika menemui rintangan berupa tebing karang yang tidak bisa dilewati, lakukan reseksi untuk menentukan posisi sebelum posisi tebing tersebut, setelah itu laku­kan perjalanan melambung sampai rintangan terlewati Gunung berhutan lebat dan berkabut

Kesulitan Navigasi lainnya

Hutan yang terlalu lebat atau kabut tebal sering menyulitkan orientasi. Sama dengan di hutan rawa atau hutan mangrove, penanggulangan dari kemungkinan ini sebetulnya sudah harus dimulai dari awal perjalanan dan cara yang mudah dan aman yaitu dengan mengetahui dan mengenali secara tepat tempat pertama awal perjalanan kita

Kesesuaian Tanda di Lapangan

Bila medan tidak sesuai Peta Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulam bahwa peta yang dipegang salah, terkadang dilapangan banyak ditemukan sungai kecil yang tidak tergambar dipeta, karena sungai ter­sebut kering ketika musim kemarau, Dalam pemakaian peta perlu memperhitungkan waktu pembuatannya ka­rena dalam kurun waktu tertentu terdapat beberapa perubahan seperti perubahan batas kawasan, penam­bahan atau pengurangan ruas jalan, pemukiman, dan lain­lain. Peta akan selalu direvisi mengikuti perkembang­an yang terjadi, tidak ada peta yang berlaku abadi. Kalau terlalu banyak hal yang tidak sesuai kemungki­nan besar ada kesalahan dalam mengikuti punggung bukit atau sungai atau salah dalam melakukan reseksi, dan apabila setelah dilakukan berkali-kali secara benar namun tetap di temui ketidak cocokan antara peta dengan lapangan, seperti yang tercantum pada infor­masi peta ketidak cocokan itu agar dilaporkan kepada instansi pembuat.

sumber : http://lawalataipb.org/materi-thab/navigasi-darat/

0 komentar:

Post a Comment

 
Copyright (c) 2010 Ganendra Bhadrika. Design by WPThemes Expert

Themes By Buy My Themes and Top VPS Hosting.